“Seperti biasa, lagu yang bagus.”
Aku tersenyum. Senang rasanya mendengar pujian itu darinya.
“Masih ada satu lagi. Mau dengar?” tanyaku.
“Pasti dong. Ayo main.” Dia mendekat, dan berdiri bersender pada pianoku.
Aku tak suka kalau dia berdiri disitu saat Aku bermain piano. Kau tak tahu kan bagaimana gugupnya?
* * *
Semalam Ria, manajerku, menelepon. Sepertinya ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan, dan dia menolak membahasnya di telepon.
“Kenapa sih?” tanyaku sesampainya di rumah Ria.
“Mana Ata?” tanyanya balik.
Aku menggeleng. “Sudah sebulan dia gak dateng ke rumah. Ada apa sih?”
“Kamu inget lagu terakhir yang kamu dengerin ke Aku?”
“Hm.. Iya inget dong. Live recording dari Ata waktu lagu itu pertama kali Aku mainkan di depan dia.”
“Terus, kamu masukin lagu itu di album baru kamu kan?”
Aku mengangguk. Ya, itu lagu andalan di album baruku nanti.
“Coba dengar ini.!”
Ria memberikan Ipod-nya padaku. Kudengarkan sebentar, dan tercekat.
Ini nada laguku.! Nada lagu baruku. Aku tahu pasti, belum ada satu pun lagu dari album baruku yang keluar. Dan ini bukan suaraku.!
“Siapa ini?” tanyaku geram. “Ini kan laguku.! Kenapa penyanyi lain yang menyanyikan?”
“Itu penyanyi baru. Dan kamu tahu, siapa pencipta lagu itu?”
“Aku.!”
“Tapi bukan namamu yang tertulis sebagai penciptanya.”
“Jadi siapa?”
“Coba lihat lagu ini. Lihat komposernya.” Ria menunjukkan data dari lagu yang kuciptakan tapi keluar sebagai ciptaan orang lain.
Aku membelalak. “Ata.” Tangisku pecah. Ria memelukku.
* * *
Kamu tak akan tahu kan bagaimana sakitnya?
Orang yang kau percaya jadi pendengar pertamamu, yang diam-diam menjadi inspirasimu, dan memang yang kau mainkan itu adalah lagu untuknya, tega berbuat begini.
Inspirasiku? Pergilah! Kemanapun yang tak bisa kutemui lagi.
====================
bisa juga dibaca di jejakubikel ^^
No comments:
Post a Comment
reaLLy happy to save your comment[s]...
^.^