Friday, June 3, 2011

Janji


“Kakak janji akan memainkan lagu ini saat menyambutmu kembali nanti.”

Dia menatapku dalam. Melihat ke matanya, seakan Aku membaca kalimat lain, “Kuharap masih bisa melihatmu saat kau kembali nanti.”


* * *

Akhirnya Aku mendapatkan gelar sarjanaku. Setelah 4 tahun menimba ilmu di negeri orang, Aku kembali ke kota kelahiranku, Palembang.

Tak sabar lagi ingin menagih janji pada Kak Jo. Dia pasti sudah menungguku di rumah. Sengaja Aku merahasiakan kepulanganku pada Kak Jo. Aku juga tak menghubunginya selama sebulan terakhir. Aku ingin memberinya kejutan.

Ah! Kakakku itu, kakak kesayanganku.

Kak Jo yang menjagaku sejak orangtua kami meninggal karena kecelakaan.
Kami menghabiskan banyak waktu bersama. Dia yang mengajariku banyak hal, dan Aku suka sekali saat mendengarkannya bermain piano. Kata Kak Jo, dulu Ayah juga suka memainkan piano dan mengiringi Ibu bernyanyi. Wah, Aku membayangkan bahagianya jika mereka masih hidup, dan kami bernyanyi bersama di akhir pekan.

Hush.! Berhentilah berandai-andai.

“Jenny!”

Ada yang memanggilku. Aku mencari asal suara.

“Kak Ricky.!” Aku mendapati sahabat Kak Jo itu berdiri di depan pagar rumahnya,,,,, menggunakan tongkat? “Kakak kenapa?” tanyaku.

“Kamu ni nyampe lebih cepat dari perkiraan. Kok nggak banyak bawaan sih?” katanya sambil mengamati barang bawaanku. Sepertinya dia tak ingin menjawab pertanyaanku.

“Yee emangnya mau bawa apaan lagi?” Aku memutuskan tak melanjutkan pertanyaanku tadi.

“Siapa tahu mau bawain oleh-oleh buat Aku. Haha.”

Aku mencibir. “Huu, rugi ah bawain oleh-oleh buat Kak Ricky. Kalo buat Kak Jo, banyak! Nanti minta aja ya sama dia. Hehe.”

Kak Ricky diam. Raut mukanya berubah. Entahlah, Aku malas menanyakannya.

“Yaudah, Kak. Aku pulang dulu ya. Udah kangen ni ama Kak Jo.”

Kak Ricky mengangguk sambil tersenyum, dan Aku pun beranjak pergi.
Sesampainya di depan rumah, kulihat pagarnya terkunci. Mungkin Kak Jo lagi pergi. Kupakai kunci yang kubawa, lalu masuk ke rumah.

“Ih, Kak Jo kok jadi jorok sih. Banyak debu dimana-mana. Kayak lama gak dihuni aja deh ini rumah,” gumamku.

Biasanya Kak Jo rajin membersihkan rumah. Kamarnya pun selalu bersih dan rapi. Makanya, Dia suka marah-marah kalau datang ke kamarku yang berantakan.

Ya sudah, Aku tunggu saja sampai Kak Jo pulang.

* * *

Sudah malam, dan Kak Jo belum juga pulang.

Aku duduk sendiri bersama hidangan makan malam yang khusus kubuatkan untuk Kak Jo.

Kutelepon ponselnya. Mati.

Huh, Kak Jo kok gitu sih. Pake dimatiin segala ponselnya.

Melihat makanan yang mulai dingin, Aku beranjak ke ruang tamu. Duduk di kursi dan mengintip keluar, siapa tahu Kak Jo tiba-tiba datang.

Tak ada!

Aku melihat sekeliling ruangan. Tatapanku berhenti saat kulihat piano Kak Jo tertutup rapi dengan kain.

“Tumben Kak Jo pergi sampe pianonya ditutupin gitu,” batinku. Dia hanya begitu kalau mau pergi jauh dalam waktu yang lama.

Aku terdiam. Mendadak hatiku tak nyaman.

Aku pergi ke rumah Kak Ricky.

“Kak, tahu nggak Kak Jo pergi kemana?” tanyaku tak sabar.
Kak Ricky diam.

“Ayo ikut Kakak.” Ditariknya tanganku, masuk ke mobil dan menyuruh supirnya mengemudi entah kemana.

“Mau kemana sih, Kak?” tanyaku lagi.

Kak Ricky diam,  sampai kami tiba di depan sebuah rumah sakit.

“Kak Jo di sini? Sekarang dia kerja di sini?” Aku berusaha membuang fikiran buruk mengenai kemungkinan Kak Jo bukannya bekerja, tapi di rawat.

“Ayo.” Kak Ricky keluar dari mobil dan mengajakku masuk ke rumah sakit itu.

Sampai tibalah kami di suatu ruangan.

Aku terdiam melihat tubuh yang terbujur kaku di atas tempat tidur, lengkap dengan alat-alat medis.

“Kak Jo.”

Tangisku pecah. Tak tertahankan lagi. Aku duduk disamping tempat tidurnya, memeluknya erat seolah tak ingin kulepas. Kuciumi wajah yang lama tak kulihat itu. Damai, tak ada respon darinya.

“Kenapa nggak ngasih tahu Aku?” gumamku.

“Dua minggu yang lalu kami pergi bersama ke acara reuni SMA. Menjelang tengah malam, di perjalanan pulang, kami mengalami kecelakaan. Dari kami berenam, Jo dan Dani yang masih koma. Kamu lihat kan keadaanku sejak kecelakaan itu?” Kak Ricky menjelaskan.

Aku masih menangis. “Kenapa nggak ngasih tahu Aku?” kuulangi pertanyaan itu.

“Ponsel Jo hilang. Aku nggak tahu gimana cara ngasih tahu Kamu,” Jawab Kak Ricky.

Aku menangis semakin keras. Dulu Ayah dan Ibu direbut dariku dengan cara seperti ini. Aku takut ini juga yang akan merebut Kak Jo dariku.

* * *

Aku duduk di depan piano Kak Jo. Kudengarkan rekaman lagu-lagu yang pernah Kak Jo mainkan untukku.

Kak Jo sudah mengingkari janjinya. Dia pergi sebelum menyambutku dengan lagu yang dulu dia janjikan.

Kemarin Kak Jo dimakamkan di dekat pusara Ayah dan Ibu. Aku menangis, merasa begitu kehilangan orang yang sangat dekat denganku.

Aku menyesal telah berencana memberinya kejutan dengan tidak menghubunginya selama sebulan sebelum kepulanganku. Ternyata Aku yang dibuatnya terkejut.

“Kak, mana lagu yang Kakak janjiin dulu? Kakak kan gak pernah ingkar janji sebelumnya. Ini pertama kali lho Kak. Dan Aku gak suka janji ini gak Kakak penuhi, karena Aku udah nunggu sejak kepergianku dulu.”

Mataku menatap kosong ke piano di depanku. Perlahan kubuka kain yang menutupinya.

Apa itu?

Ada amplop putih di atas piano Kak Jo. Terbaca tulisan “Dear, My Lovely Sister.”

Kubuka segera amplop itu. Buatku! Ya, ini pasti buatku!

Ada sehelai kertas dan flashdisk di dalamnya.

Adikku sayang, nggak tahu kenapa, rasanya Kakak pengen aja nulis surat ini.
Kakak tahu Kamu lagi ngurus tugas akhirmu. Itu artinya, sebentar lagi Kamu pulang kan?!
Makanya, Kakak udah siapin lagu yang dulu Kakak janjiin buat menyambut kepulanganmu.
Tapi, Kakak takut gak bisa main langsung di saat kamu pulang. Belakangan Kakak males main. Kamu nggak ada sih, Dek, buat dengerin Kakak main.
Makanya, Kakak rekam aja ya. Kamu dengerin deh di flashdisk ini.
Lagu kesukaanmu itu, yang akan menyambut kepulanganmu kembali ke rumah ini.

Cium kangen dari Kak Jo-mu.

Aku terisak. Kak Jo menepati janjinya.

Dan Aku tak perlu lagi menagih janji itu.

====================
bisa juga di baca di : Jejakubikel

2 comments:

Brom said...

Oh my, gw bener-bener merinding loh bacanya. Mana pas selesai baca, pas banget adzan berkumandang..... *serius*

LyMirza said...

Boy Andri :
hhe jangan bilang lagi sendirian juga di rumah.
tambah merinding :))
makasih ya udah baca-baca
^^

Post a Comment


reaLLy happy to save your comment[s]...
^.^