Friday, March 25, 2011

Bulir Terakhir

Hari pernikahanmu.

Aku datang dengan undangan yang langsung kau antarkan ke rumahku.
Ternyata setega itu kau memproklamirkan perhelatan yang menghancurkanku.

Dijodohkan, katamu!

Apa kamu selemah itu? Hingga tak bisa melakukan penolakan pada sebuah pernikahan dengan wanita yang tidak kau cintai?

Kini aku berdiri di hadapanmu. Diam, selagi orang-orang lain menyalami tanganmu. Untuk apa kau pandangi aku begitu? Untuk menjelaskan bahwa kau menyesal? Tak perlu!

Tak perlu kau tunjukkan mata nanar penuh penyesalan itu padaku, sekarang. Di saat semuanya sudah terlambat dan wanita di sampingmu itu telah menjadi calon Ibu dari anak-anakmu.

Tak berniat menyalamimu, seperti yang lainnya, aku beranjak pergi. Dengan bulir rindu terakhir, di balik kacamata hitam pemberian darimu dulu.


====================

bisa dibaca juga di jejakubikel.

No comments:

Post a Comment


reaLLy happy to save your comment[s]...
^.^