tahukah berharganya waktu saat Ayah, Ibu, Aku, dan adik-adikku berada dalam satu mobil?
Ayah menyetir, Ibu duduk di sebelah Ayah, dan kami rebutan kursi di belakang.
Ayah menyetir, Ibu duduk di sebelah Ayah, dan kami rebutan kursi di belakang.
Lalu melalui jalan yang sama,
berangkat dari rumah yang sama,
mendengarkan lagu yang sama,
menuju tempat yang sama.
setiap meter yang dilalui, tak luput dari hal-hal yang dibahas bersama,
ribut memilih akan berhenti makan dimana,
ribut memilih lagu yang diputar karena masing-masing punya selera musik berbeda, hingga Ayah putuskan memutarnya bergantian.
Aku ingat Ibu pernah menegur Ayah saat menolak Aku ajak jaLan-jaLan.
Dia terLaLu LeLah baru puLang bekerja, tapi Aku tak mengerti saat itu.
Ibu bilang "AjakLah mereka jaLan-jaLan. Nanti kaLau uda gede, pasti susah diajak pergi".
Kupikir, bagaimana mungkin?
Tapi sekarang kata-kata Ibu terbukti.
Ketika Ayah Libur bekerja, Aku tidak Libur dari rutinitas pendidikan yang terkadang tak tentu waktu.
Belum lagi saat Aku berfikir pergi dengan teman-teman jauh lebih menyenangkan, atau kegiatan informal lain yang sering 'mengambil' waktu liburku.
Kami jadi jarang bisa pergi sekeluarga.
Sekarang Ayah bekerja di Luar kota dan hanya bisa menemui kami di akhir pekan.
Awalnya Aku hanya menganggap kepuLangan Ayah setiap minggu ini sama dengan kepuLangan Ayah dari kantor setiap hari seperti biasanya.
Karena itu Aku pun biasa saja menjalani rutinitas akhir pekanku yang terkadang tidak penting.
Ternyata Aku salah.!
Baru Aku tahu, Ayah merasa kecil hati.
Ternyata Ayah berharap, anak-anaknya bisa diam di rumah pada akhir pekan.
Supaya bisa berkumpul di rumah,
supaya bisa pergi bareng,
supaya bisa ngobrol-ngobrol,
hingga bekerja di luar kota tak membuatnya tak lagi dekat dengan kami.
Dia mengorbankan rasa LeLahnya puLang menemui kami untuk itu, dan kami sering mengecewakannya dengan lebih mementingkan kegiatan yang sebenarnya bisa dilakukan di hari kerja.
Ayah ingin bersamaku, bersama adik-adikku.
Berada dalam satu mobil, pergi jaLan bersama.
Sebelum kami beranjak dewasa,
Sebelum kami bekerja di tempat yang tak dekat dengannya,
Sebelum kami punya keluarga baru dan mungkin akan berada di mobil lain,
tak lagi bersama Ayah.
note :
Jangan lagi menyia-nyiakan waktu untuk pergi bareng Ayah, Ibu, Kakak
atau Adik. Karena itulah momen yang bakaL paLing dikangenin.
berangkat dari rumah yang sama,
mendengarkan lagu yang sama,
menuju tempat yang sama.
setiap meter yang dilalui, tak luput dari hal-hal yang dibahas bersama,
ribut memilih akan berhenti makan dimana,
ribut memilih lagu yang diputar karena masing-masing punya selera musik berbeda, hingga Ayah putuskan memutarnya bergantian.
Aku ingat Ibu pernah menegur Ayah saat menolak Aku ajak jaLan-jaLan.
Dia terLaLu LeLah baru puLang bekerja, tapi Aku tak mengerti saat itu.
Ibu bilang "AjakLah mereka jaLan-jaLan. Nanti kaLau uda gede, pasti susah diajak pergi".
Kupikir, bagaimana mungkin?
Tapi sekarang kata-kata Ibu terbukti.
Ketika Ayah Libur bekerja, Aku tidak Libur dari rutinitas pendidikan yang terkadang tak tentu waktu.
Belum lagi saat Aku berfikir pergi dengan teman-teman jauh lebih menyenangkan, atau kegiatan informal lain yang sering 'mengambil' waktu liburku.
Kami jadi jarang bisa pergi sekeluarga.
Sekarang Ayah bekerja di Luar kota dan hanya bisa menemui kami di akhir pekan.
Awalnya Aku hanya menganggap kepuLangan Ayah setiap minggu ini sama dengan kepuLangan Ayah dari kantor setiap hari seperti biasanya.
Karena itu Aku pun biasa saja menjalani rutinitas akhir pekanku yang terkadang tidak penting.
Ternyata Aku salah.!
Baru Aku tahu, Ayah merasa kecil hati.
Ternyata Ayah berharap, anak-anaknya bisa diam di rumah pada akhir pekan.
Supaya bisa berkumpul di rumah,
supaya bisa pergi bareng,
supaya bisa ngobrol-ngobrol,
hingga bekerja di luar kota tak membuatnya tak lagi dekat dengan kami.
Dia mengorbankan rasa LeLahnya puLang menemui kami untuk itu, dan kami sering mengecewakannya dengan lebih mementingkan kegiatan yang sebenarnya bisa dilakukan di hari kerja.
Ayah ingin bersamaku, bersama adik-adikku.
Berada dalam satu mobil, pergi jaLan bersama.
Sebelum kami beranjak dewasa,
Sebelum kami bekerja di tempat yang tak dekat dengannya,
Sebelum kami punya keluarga baru dan mungkin akan berada di mobil lain,
tak lagi bersama Ayah.
note :
Jangan lagi menyia-nyiakan waktu untuk pergi bareng Ayah, Ibu, Kakak
atau Adik. Karena itulah momen yang bakaL paLing dikangenin.
1 comment:
jd dilema tersendiri tuh,,,,
Post a Comment
reaLLy happy to save your comment[s]...
^.^